Langsung ke konten utama

Postingan

Nirtakrif

Masih adakah senyum di wajah cantikmu? Di batas penantian tak berkesudahan dan semakin ku terbata Jika memang diriku ini masih memiliki ruang di hati Masih memiliki tanda hubung di antara kata-kata keputusasaan Masih layak? Untukku. Sedikit saja tolong katakanlah! Pada langit yang tertutup temaram Pada pohon yang mati lapuk Dan kepada angin yang bergerak ke arah timur  Dengan tumpukan kertas yang sempurna menjadi buku, tak berparagraf dan berserakan. Tertulis dalam tinta tebal warna merah. Mencolok. Mengapa? Untuk ku seduh kembali bersama kopi terpahit yang pernah ku buat. Ku nikmati bersamaan dengan terbenamnya matahari. Setidaknya ada tanda yang dapat ku baca Karena perjalanan hidupku akan selalu tertuju kepadamu.
Postingan terbaru

Fauzar: Harapan dan tumpuan

Selamat malam, pembaca.... Aku baru pertama kali ini lho live blog, maksudnya lewat handphone. Sebenernya ga ada maksud apa-apa aku nulis kali ini, cuma mau ngabarin kalo aku masi berhobi menulis. Ya maklum mas mba jika tulisanku jelek, namanya juga hobi, bukan provesi ataupun ahli. Aku hanya orang biasa yang terlalu banyak harapan dan tumpuan. Harapan yang aku masud adalah aku berharap hidupku selalu menyenangkan dan selalu tertabur senyum manis. Menyenangkan kenapa? Karena aku tahu bagaimana orang-orang dewasa yang berpusing ria bergelut dengan masalahnya. Aku ingin selalu disebut anak-anak lengkap dengan chiki di tangan kiri dan mainan yoyo di tangan kanan. Tertabur senym manis maksudnya apa zar? Apakah sejenis toping di kue gitu? Ah, aku juga bingung mau jawab apa, soalnya udah tak tulis dan males merevisi. Intinya senang tidak bisa lepas dari senyuman. Sepait apapun hidup, cobalah untuk tersenyum, rasakanlah.... Dan selanjutnya tumpuan, tumpuan yg kumaksud adalah aku hidup di te...

Puisi Aku Disini

Ku ucapkan selamat datang kepada semua yang mengenalku. Dalam sebuah tulisan yang takpernah kutahu kapan akan kuselesakan. Aku kerap kali menjumpai sebuah diorama-diorama yang di dipaparkan dalam sebuah kotak. Berwarna warni seperti sebuah pelangi, padahal disitu yang kutatap berwarna hitam. Oh mentari yang telah terduduk di puncak singgah sana. Aku telah menemukan ceceran hidupku. Yang telah kau tata hingga jadilah aku. Menghitung waktu yang telah kuhabiskan denganmu adalah bahagiaku. Senyumu tertabur di setiap menjelang aktifitasku. Hanyut dalam aroma wangi yang menyejukan.. Sebelum tigaratus enampuluh aku tidak mengerti apa art memahami. Begitu cepat waktu berlalu. Begitu banyak lagu-lagu yang kita dengarkan bersama. izinkanku menuliskan beberapa kata dalam tlisanku ini " Pada malam yang selalugulita Aku saksikan sendiri dengan mataku, bahwa aku mendengarkan suaramu Aku ingin berbagi bahasa lewat tutur kata Aku ingin mengajakmu berjalan di padang ilalang Aku ingin menar...

Puisi Malam Delapan Belas

"Menggarahkan mata menuju kepergian senja Jejak jingga larut dalam gelas yang tengah dipegang gagangnya Aroma dingin teh kental menyelimuti rongga hidung Terasa teramat hambar, tanpa rasa Awan bergegas mencari kawan untuk melepas rindu Kicauan burung bergerak, berterbangan mengilang tanpa selembar bulupun teringgal di dahan Detik sempurna menjadi menit. Bergerak terus tanpa henti Aku menghirup nafas pelan, teramat pelan Ada sesuatu yang belum kubayarkan untuk sebuah perasaan Daun berjatuhan, jalan basah untuk sebentar Langkah kaki menuntun ke subuah hati untukku berteduh Setelah serangkaian pedih kau utarakan. Aku datang Saat itu aroma teh berubah hangat, menyentuh tubuhku dengan perasaan Manis tanpa adanya taburan gula Malam yang selalu bersepakat untuk gepap. Ternyata aku salah Terimakasih banyak, Dwi."

Puisi Serenada Emas Berkilau

Dari pandangan matamu kulihat jemarimu yang lentik Langit tidak dapat berdusta, Atau gumpalan awan yang berarakan kea rah utara Ketika matamu berkedip perlahan Cahaya-cahaya itu menembus mimpiku Dari bingkai jendela kulihat senyum padam Melewati lorong-lorong gelapku Kulihat sungai yang airnya jernih Mengalir dan terus mengalir Anganku tersadar ketika langit mulai menjingga Sorotan halus mengusap mataku Sementara tatapan matamu masih di retina Berkedip dan terpejam sesaat, semuanya padam Langit bosan dengan warna, merombaknya Bintang gemintang tersirat di gelapnya malam Malam padam, abu-abu terlukis perlahan Goresan wajah yang kurindu terbentang Menyambung titik bintang Menggambarkan betapa rindunya kasih Setengah malam terasa sesak Bayang-bayang tepat di depan mata Tersenyum buram dan pergi Ketika kukedipkan, bayanganmu hilang Menghadiri keosongan dimensi tertutup Ketika mata kembali lagi kubuka Kutatap buntang yang mmbanjiri glapny...

Puisi Tatkala Kemarin Lusa

Ketika malam mulai berkemas, hari siap dimulai, aku terbangun dari tidur yang kurasa bukan tidur. Tubuhku penuh peluh, pucat pasi. Bekas air terpancar dari rambutku semalam; seorang bersayap bulu-bulu bermahkota mengusap rambutku perlahan; teramat pelan. Aku tertahan dalam gerak, mulutku terkunci mataku terjaga. Tangannya menyetuh daun telingaku dengan lembut; perlahan mulutnya mendekat ke telingaku. Perlahan berbisik, “ Untukmu yang tertidur dibawah rembulan sempurna. Izinkanku melakukannya.” Sesosok itu mengeluarkan cawan dari tangan kanannya; tangan kirinya perlahan memancurkan air. Ditampunglah air itu dalam cawan. Mataku terpejam; semuanya gelap. Aku merasakan air menyiram tubuhku teramat deras. Kuterhanyut dalam sungai yang airnya dingin menggeretak tulang dan tak kutahui muaranya. Sinar mentari melewati bingkai jendela; kemudian bermuara di lensa mataku. Kuterduduk dalam ranjangku. Mencoba menyimpulkan sendiri apa yang terjadi. Teramat pelik untuk dimengerti. Aku mera...

Puisi Sketsa Rembulan Padam

Hari gelap Dimana setengah hari berubah menjadi hitam Warna-warna terang berubah menjadi remang dan gelap Rembulan, Rembulan datang menyinari ketika hari itu datang Mengganti warna-warna remang dan gelap menjadi terang Kesunyian, Kesunyia yang mencekap kerap kali menemani Berdiri dipojok-pojok sebuah hati, tak mau pergi “Aku tahu kamu hari ini akan datang Aku tahu hari ini juga dirimu akan datang Aku menantikan walau hanya sepatah kata Tetap menunggu dibawah harapan” Angin berhembus Berhembus diantara sebuah perasaan yang terikat oleh janji Mengikat kuat melukai perasan Padam, Bulan sempurna padam, tak ada yang menggantung Tinggal perasaanku yang digantungkan Pohon Digantung diantara pepohonan nan tinggi menjulang Terikat oleh suata zat yang tidak diketahui bentuknya