Dari pandangan
matamu kulihat jemarimu yang lentik
Langit tidak
dapat berdusta,
Atau gumpalan
awan yang berarakan kea rah utara
Ketika matamu
berkedip perlahan
Cahaya-cahaya
itu menembus mimpiku
Dari bingkai
jendela kulihat senyum padam
Melewati
lorong-lorong gelapku
Kulihat sungai
yang airnya jernih
Mengalir dan
terus mengalir
Anganku
tersadar ketika langit mulai menjingga
Sorotan halus
mengusap mataku
Sementara
tatapan matamu masih di retina
Berkedip dan
terpejam sesaat, semuanya padam
Langit bosan
dengan warna, merombaknya
Bintang
gemintang tersirat di gelapnya malam
Malam padam,
abu-abu terlukis perlahan
Goresan wajah
yang kurindu terbentang
Menyambung
titik bintang
Menggambarkan
betapa rindunya kasih
Setengah malam
terasa sesak
Bayang-bayang
tepat di depan mata
Tersenyum buram
dan pergi
Ketika
kukedipkan, bayanganmu hilang
Menghadiri
keosongan dimensi tertutup
Ketika mata
kembali lagi kubuka
Kutatap buntang
yang mmbanjiri glapnya malam
Gumpalan awan
hitam tepat dibawah dewi malam
Gumpalan awan
hitam tepat di bawah dewi malam
Terselip
perasaan itu yang mengganggu tidur
Risau setitik
menyebar di celah-celah gelap tak berbintang
Cakrawala
tersenyum dan merapatkan malam
Gamang hadir di
beranda hunian
Mengetuk pntu
dengan perlahan
Sengaja tak
kutanggapi, tak kuhiraukan
Tetapi tamu
mana yang datang malam?
Mendatangi
ketika ku bersama bayangmu
Mata itu
mengintip dari celah kunci
Mengetuk
kembali dengan keras
Dengan perasaan
risau kuberjalan mendekati bingkai pintu
Semua berubah
ketika senyummu menggaris di mataku
“Oh, malam yang tak kurindu,
Kenapa terungkap, kenapa
terperangkap?”
Kasih yang
menemani ketika mata sempurna terbuka
Juga ketika
kubuka pintu yang terasa berat
Pintu terbuka
teramat perlahan
Tak kutemui
siapa dihadapanku
Ku menyentuh
lembut udara yang melewati daun telingaku
Menyentuh
dengan jari-jari yang kaku
Saat aku
termenung dimuka pintu
Suara yang
memanggilku datang kembali
Kuarahkan
mataku menghadap langit
Kutemui bintang
yang member salam selamat malam
“Terimakasih kasihku....
Terimakasih telah mempercayai aku”
Pintu pun
tertutup dengan keras
Sempurna tak
dapat kubuka kembali
Kuputuskan
untuk berjalan ke lebih depan
Ketika mlam
duduk dengan sempurna
Langit begitu
cantik
Langit begitu
bercahaya
Langit begitu,–
Sayap-sayap
tumbuh disamping bahuku
Menerbangkanku
menuju mimpimu
Kutersadar
ketika tengah malam membangunkanku
“Kau tidak bias lenyap dari gelapnya
malam
Kau hadir dan kau membuatku semakin
merindu”
Saat sayap
sayap itu sempurna menerbangkanku dalam mimpi
Aku melihatmu
terduduk di bangku; pinggir kota yang sepi
Masih seperi
kemarin, senyumu menghiasi wajahmu yang manis
Mata yang
menatap sebuah kupu-kupu bersayap jingga
Juga hidungmu
yang menjulang hadir di tengah pipi merahmu
Diriku terjatuh
ketika sayapku mulai pupus
Malam termakan
cakrawala,
“Selamat pagi,”
Komentar