Masih adakah senyum di wajah cantikmu?
Di batas penantian tak berkesudahan dan semakin ku terbata
Jika memang diriku ini masih memiliki ruang di hati
Masih memiliki tanda hubung di antara kata-kata keputusasaan
Masih layak?
Untukku.
Sedikit saja tolong katakanlah!
Pada langit yang tertutup temaram
Pada pohon yang mati lapuk
Dan kepada angin yang bergerak ke arah timur
Dengan tumpukan kertas yang sempurna menjadi buku, tak berparagraf dan berserakan. Tertulis dalam tinta tebal warna merah. Mencolok.
Mengapa?
Untuk ku seduh kembali bersama kopi terpahit yang pernah ku buat.
Ku nikmati bersamaan dengan terbenamnya matahari.
Setidaknya ada tanda yang dapat ku baca
Karena perjalanan hidupku akan selalu tertuju kepadamu.
Komentar