"Menggarahkan mata menuju kepergian senja
Jejak jingga larut dalam gelas yang tengah dipegang gagangnya
Aroma dingin teh kental menyelimuti rongga hidung
Terasa teramat hambar, tanpa rasa
Awan bergegas mencari kawan untuk melepas rindu
Kicauan burung bergerak, berterbangan mengilang tanpa selembar bulupun teringgal di dahan
Detik sempurna menjadi menit. Bergerak terus tanpa henti
Aku menghirup nafas pelan, teramat pelan
Ada sesuatu yang belum kubayarkan untuk sebuah perasaan
Daun berjatuhan, jalan basah untuk sebentar
Langkah kaki menuntun ke subuah hati untukku berteduh
Setelah serangkaian pedih kau utarakan.
Aku datang
Saat itu aroma teh berubah hangat, menyentuh tubuhku dengan perasaan
Manis tanpa adanya taburan gula
Malam yang selalu bersepakat untuk gepap. Ternyata aku salah
Terimakasih banyak, Dwi."
Jejak jingga larut dalam gelas yang tengah dipegang gagangnya
Aroma dingin teh kental menyelimuti rongga hidung
Terasa teramat hambar, tanpa rasa
Awan bergegas mencari kawan untuk melepas rindu
Kicauan burung bergerak, berterbangan mengilang tanpa selembar bulupun teringgal di dahan
Detik sempurna menjadi menit. Bergerak terus tanpa henti
Aku menghirup nafas pelan, teramat pelan
Ada sesuatu yang belum kubayarkan untuk sebuah perasaan
Daun berjatuhan, jalan basah untuk sebentar
Langkah kaki menuntun ke subuah hati untukku berteduh
Setelah serangkaian pedih kau utarakan.
Aku datang
Saat itu aroma teh berubah hangat, menyentuh tubuhku dengan perasaan
Manis tanpa adanya taburan gula
Malam yang selalu bersepakat untuk gepap. Ternyata aku salah
Terimakasih banyak, Dwi."
Komentar