Langsung ke konten utama

Esay Piala dunia mengalihkan segalanya



Kita ambil satu contoh yang dewasa ini baru boming di surat kabar apalagi kalau bukan Pemilihan Presiden 2014. Pilpres tahun ini berbarengan dengan perhelatan empat tahunan yang diselenggaraka di negara yang terkenal  akan Tarian Sambanya. Tetapi media masa lebih berat sebelah untuk membicarakan piala dunia.
Tidak jarang semua khalayak ramai mengabil tema Piala Dunia 2014. Seperti surat kabar yang mengabil rubrik bola, bahkan sampai satu bendel koran menyuguhkan kata bola di dalamnya. Dalam layar kaca juga tidak kalah dengan rubrik dalam surat kabar. Mulai dari acara hiburan  ataupun iklan televisi yang mengangkat tema Piala Dunia 2014. Juga antena televisi berbayar yang tidak mau menyiakan kesempatan emas ini dengan menampilkan acara-acara khusus Piala Dunia dengan kelebihannya masing-masing.
Sepertinya Brazil memang menginginkan pesta empat tahunan ini berlangsung megah. Pada acara pembukaannya saja sudah menampilkan lebih dari 600 penari dan puluhan penyanyi yang tak kalah terkenalnya di negara tersebut. Pemeritah Brazil juga menyediakan wahana yang menarik untuk para turis yang datang ke negara tersebut menikmatinya.
Turis-turis yang datang ke Negara Brazil dengan semangat loyalitas yang tinggi. Bahkan sampai rela mencecat muka, membawa aksesoris yang lucu, atau berpakean unik untuk mendukung negaranya tampil di stadion yang telah di siapkan juga untuk mencaripusat perhatian dari media masa yang lagi berlalu-lalang di jazirah amazon ini.
Kemeriahan bukan hanya milik masyarakat negera peserta Piala Dunia 2014 saja. Tetapi semua negara ikut merasakan dampaknya. Tidak terkecuali masyarakat  Indonesia, laki-laki, perempuan, anak-anak, anak muda, dewasa, bahkan orang tua iku terjangkit demam pesta empat tahunan tersebut
Bahkan masyarakat Indonesia rela tidak menutup mata hanya untuk melihat tim yang dijagokannya bermain bola. Tempat-tempat keramaian juaga mengadakan nonton bareng. Jadi, banyaklah mata yang memandang bola bergulir di lapangan. Para penikmat bola juga rela bertaruhan untuk menambah ramainya Piala Dunia tahun ini (atau memang memanfaatkan momen ini ddengan berjudi).
Kota yang biasanya ramai sampai pukul sepuluh malam sekarang merombaknya menjadi 24 jam. Pertandingan Pesta Piala Dunia 2014 kali ini setiap harinya menandingkan tiga sampai empat pertandingan. Jadi, kota-kota di indonesia rela tidak tidur hanya untuk memeriahkan acaranya (juga karena kemauan orang yang menonton).
Kita Orang indonesia pasti punya angan-angan untuk berteriak mendukung timnya di stadion secara langsung. Tetapi biaya yang dibutuhkan untuk sampai kesana tidaklah sedikit. Mungkin untuk pelajar seperti aku ini, membutuhkan lebih dari satu dasawarsa untuk terbang dan mendarat di Brazil.
Kita berharap perhelatan empat tahunan ini memberi manfaat bagi semuanya dan berjalan sesuai yang diharapkan (atau lebih).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Tugas Bahasa Jawa "Upacara Adat Nyadran"

TUGAS BASA JAWA UPACARA ADAT NYADRAN Dipun Susun Dening: Wildan Wing Wirawan (02) Fauzar Restu Ginanjar (07) Nurina Oktavianti (23) Retno Hastuti (24) Kelas XII MIPA 4 SMA NEGERI 2 WATES BAB I A.     Dhasaring Panaliten Kebudayaan inggih menika elemen ingkang mboten saged kalepas saking kahuripan manungsa. Wonten satunggal sisi, manungsa nyiptaaken budaya, ananging wonten sisi lain, manungsa prosduk saka budaya kang urip. Sesambetan pengaruh menika butki manungsa moten saged urip tanpa budaya. Kahuripan budaya inggih menika titikan manungsa lan badhe kalampahan dening manungsa. Wonten ing Indonesia kathah ragam kebudayaan. Salah satunggaling inggih menika upacara nyadran. Upacara nyadran yaiku pesta rakyat sing awujud bentuk rasa syukure masyarakat marang Gusti Allah amarga bumi iki bisa dadi sumbere urip. Acara manganan utawa nyadran lumrahe saben desa nduweni dina, tradisi lan panggonan sing beda-beda. Ana sing dirindak...

Puisi Sketsa Rembulan Padam

Hari gelap Dimana setengah hari berubah menjadi hitam Warna-warna terang berubah menjadi remang dan gelap Rembulan, Rembulan datang menyinari ketika hari itu datang Mengganti warna-warna remang dan gelap menjadi terang Kesunyian, Kesunyia yang mencekap kerap kali menemani Berdiri dipojok-pojok sebuah hati, tak mau pergi “Aku tahu kamu hari ini akan datang Aku tahu hari ini juga dirimu akan datang Aku menantikan walau hanya sepatah kata Tetap menunggu dibawah harapan” Angin berhembus Berhembus diantara sebuah perasaan yang terikat oleh janji Mengikat kuat melukai perasan Padam, Bulan sempurna padam, tak ada yang menggantung Tinggal perasaanku yang digantungkan Pohon Digantung diantara pepohonan nan tinggi menjulang Terikat oleh suata zat yang tidak diketahui bentuknya

Esay "Karena Sampah Sudah Menjadi Biasa"

“Apakah budaya buang sampah sembarangan sudah menjadi teman hidup?” Itulah pertanyaan yang selalu aku tanyakan dalam benakku. Tepetnya hari ini (Selasa, 17 Juni 2014) sesudah aku mengaji di pondok pesantren di dekat rumahku. Sebut saja namanya Nisa dan Abdul (dia anak kyai). Aku melihat Nisa bermain bola di pelataran mushola. Dari kejauhan Abdul membawa makanan yang diberikan oleh ibunya. Saking gembiranya Abdul membawa plastik makanan itu dengan menaiki sepeda sambil berlenggak –lenggok mengelilingi Puskestren (Pusat Kesehatan Pesantren). Wusss.... dengan gaya ala Valentino Rossi. Nisa yang melihat Abdul membawa makanan itu jadi ingin memintanya. Lantas dia memanggil Abdul dengan suara yang tak karuan kerasnya, “Dul, aku minta jajananmu, Dul!” Seperti sudah mendapatkan sinyal dari kakaknya, Abdul mengayuh sepeda mendekati Nisa yang sedang bermain bola barunya di depanku. Bola itu diberikan dari salah satu Partai yang berkampanye sebelum pemilu tahun ini. Tetapi baru dibuka ...