Masih adakah senyum di wajah cantikmu? Di batas penantian tak berkesudahan dan semakin ku terbata Jika memang diriku ini masih memiliki ruang di hati Masih memiliki tanda hubung di antara kata-kata keputusasaan Masih layak? Untukku. Sedikit saja tolong katakanlah! Pada langit yang tertutup temaram Pada pohon yang mati lapuk Dan kepada angin yang bergerak ke arah timur Dengan tumpukan kertas yang sempurna menjadi buku, tak berparagraf dan berserakan. Tertulis dalam tinta tebal warna merah. Mencolok. Mengapa? Untuk ku seduh kembali bersama kopi terpahit yang pernah ku buat. Ku nikmati bersamaan dengan terbenamnya matahari. Setidaknya ada tanda yang dapat ku baca Karena perjalanan hidupku akan selalu tertuju kepadamu.
Fauzar Restu Ginanjar, Kau dapat memanggilnya siapa saja. Kau dpat temukan dimana saja. Dan kau dapat berbicara dengannya, karna dia aku memang benar-benar ada.